Tradisi Merangkak di Antara Dua Kaki Ibu untuk Merantau
BOYANESIA – Orang-orang Bawean dikenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang suka merantau. Namun, sebelum merantau ada beberapa orang Bawean yang menjalankan tradisi unik, yaitu dengan merangkak masuk di antara dua kaki ibu.
Bagi orang Bawean, seorang ibu dianggap sebagai sosok yang sangat penting untuk meraih kesuksesan di Tanah Rantau. Di dalam Islam pun, sosok ibu lebih dimuliakan dibandingkan seorang ayah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat dalam Alquran dan hadis yang menegaskan tentang pentingnya memuliakan ibu.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
رِضَى اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ
Ridha Allah fi ridha al-walidain wa sukht Allah fi sukht al-walidain.
Artinya: “Ridha Allah karena ridha orang tua dan murka Allah karena murka orang tua.”
Untuk mendapatkan ridho orang tua, tentu anak harus merendah di hadapan orang tua, khususnya ibu. Atas dasar inilah tradisi ini dilakukan orang Bawean sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ibu.
Dalam tradisi nyonok ini, seorang anak merangkak di antara dua kaki ibu untuk mendapatkan ridho ibu. Setelah merangkak, sang anak kemudian akan meminta ibu untuk mendoakannya agar semua yang dicita-citakan bisa tercapa.
Salah seorang pemuda Bawean, Iqbal menceritakan pengalamannya saat merangkak di bawah kedua kaki ibunya. Saat akan merantau menuntut ilmu beberapa tahun lalu, ia mengaku pernah merangkak di bawah kaki ibunya.
“Saya pernah melakukannya dulu saat akan merantau, merangkak di bawah kaki ibu,” ujar Iqbal saat berbincang secara virtual dengan Boyanesia belum lama ini.
Bawean adalah salah satu pulau yang terletak tengah laut Jawa, sekitar 135 kilometer sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Penduduk pulau ini memang dikenal memiliki keislaman yang kuat. Seratus persen penduduknya beragama Islam.
Karakter masyarakat Bawean hampir serupa dengan masyarakat Madura yang juga dikenal sangat relegius. Karena itu, tradisi serupa juga ada di Pulau Madura, walaupun namanya atau praktiknya sedikit berbeda. Orang Madura menamakan tradisi ini dengan Tradisi Nyono’e Selangkangan Ebhu (merangkak di bawah selangkangan Ibu).
Seorang kiai muda asal Madura yang kini tinggal di Jakarta, Yan Zavin Aundjand menjelaskan teknis tradisi ini. Dalam menjalankan tradisi ini, menurut dia, seorang ibu akan berdiri dengan mengangkang. Kemudian, anak Madura merangkak masuk di selangkangan ibu, dan masuk lagi.
“Jadi dua kali masuk di bawah kaki ibu,” kata Zavin.
Setelah merangkak, sang anak harus meminta maaf kepada ibu jika ia selama ini pernah menyakitinya. Setelah itu, sang ibu akan meletakkan tangan kirinya di atas kepala anak, sedangkan tangan kanannya menengadah ke atas berdoa kepada Allah agar apa yang diharapkan anaknya bisa terkabul.
“Harus minta maaf meskipun tidak merasa menyakiti ibunya. InsyaAllah kalau melakukan ini, semua penyakit diangkat oleh Allah,” jelas Zavin.
Baca Juga:
Sasakbenan, Tradisi Muda-Mudi Bawean yang Terlupakan di Bulan Syaban
Mandiling, Seni Berbalas Pantun Khas Bawean