Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Pulau Bawean, Saling Tukar Berkat
BOYANESIA.REPUBLIKA.CO.ID -- Masyarakat Bawean, yang merupakan suku bangsa yang tinggal di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, memiliki tradisi unik dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi adalah peringatan ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad, yang biasanya jatuh pada bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam. Umat Islam di berbagai daerah Indonesia pun merayakannya dengan tradisi yang berbeda-beda.
Berbeda dengan daerah lainnya, dalam merayakan Maulid Nabi, masyarat Bawean tidak hanya membaca doa-doa dan dzikir saja, tapi juga menyediakan berkat maulid yang cukup spektakuler yang dinamakan “Angka’an Molod”.
Baca Juga: Milad ke-5, Pesantren Cendikia Amanah Gelar Sholawat Akbar di Bulan Maulid
Angaka’an Molod adalah sebuah berkat besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam makanan. Beberapa makanan khas yang disajikan dalam Angka’an Molod itu adalah, rengginang, ketupat, wajik, dodol khas Bawean (Jhubedhe), buah-buahan, dan berbagai jenis makanan tradisional lainnya.
Tokoh Masyarakat Bawean, KH Raden Muhammad Ihsan menjelaskan, berkat Maulid Nabi ini biasanya diisi denga buah-buahan yang dihasilkan dari kegiatan bertani masyarakat Bawean.
Selain itu, berkat Maulid Nabi itu biasanya juga akan diisi dengan hasil melaut masyarakat Bawean, seperti ikan atau cumi berukuran besar. Bahkan, berkat Maulid Nabi itu juga dihiasi dengan uang rupiah maupun uang ringgit Malaysia.
Baca Juga: Fatayat NU dan Nasyiatul Aisyiah Bawean Siap Jadi Relawan Peduli Disabilitas
Semua isi berkat itu ditaruh dalam satu wadah berupa ember atau baskom. Agar semua isi berkat tidak berhamburan, dipinggirnya dipasang tangkai bambu yang ujungnya diberi hiasan telur ayam. Hiasan tangkai bambu dan telur tersebut dibuat melingkar mengelilingi ember dan diikat dengan tali rafia.
Di sebuah desa di Pulau Bawean, masyarakatnya hampir semuanya membawa berkat maulid nabi tersebut ke masjid. Setelah itu, masyarakat Bawean, khususnya yang laki-laki akan membaca dzikir dan sholawat sebagai tanda cinta dan wujud penghormatan kepada Nabi Muhammad, serta mendengarkan ceramah dari seorang ustaz.
“Untuk memerpingati kelahiran nabi pada 12 Rabiul Awal, kita memperingati Maulidur Rasul dengan tetap membaca dzikir,” ujar Kiai Ihsan.
Baca Juga: KH Dhofir bin Habib, Ulama Bawean yang Makamnya Dibongkar di Jakarta
Kegiatan berdzikir dilaksanakan dari pagi hingga siang hari dan diikuti orang tua maupun kalangan anak muda. Selesai berdoa dan berdzikir, mereka pun akan saling bertukar berkat dengan cara diundi. Berkat Maulid Nabi itu diundi agar masyarakat tidak saling berebut.
Setelah saling bertukar berkat, sebagian masyarakat Bawean biasanya akan makan bersama ke pantai, khususnya di Desa Daun, Sangkapura, Bawean, Gresik.
Tradisi masyarakat Bawean ini merupakan bagian penting dalam perayaan Maulid Nabi, karena tujuannya adalah untuk mengingat dan merayakan kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad.
Baca Juga: Apakah Sama Bahasa Bawean dan Bahasa Madura?
Tradisi peringatan Maulid Nabi di Bawean mencerminkan gabungan antara aspek keagamaan dan budaya. Hal ini menunjukkan cara masyarakat setempat menghormati dan merayakan Nabi Muhammad sambil mempertahankan warisan budaya mereka sendiri.