Tradisi Medher Lebaran Idul Fitri di Pulau Bawean tak Semeriah Dulu
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/n47bb89kbn.jpg)
BOYANESIA -- Salam toghellen (saudara)....Setiap momentum liburan Idul Fitri, warga Bawean biasanya berkeliling pulau untuk silaturrahim atau pun mengunjungi tempat-tempat wisata, baik menggunakan sepeda motor maupun mobil. Tradisi berkeliling pulau Bawean ini disebut sebagai tradisi Medher (berkeliling).
Pada 2 Syawal atau 3 Syawal, warga Bawean biasanya akan memenuhi jalan utama lingkar Bawean untuk menjalankan tradisi Medher ini. Mereka berkeliling pulau secara berkelompok dari berbagai desa, beriringan layaknya pawai. Warga Bawean, terutama anak mudanya tentu saja sangat senang menjalankan tradisi ini.
Saat Medher dulu, mayoritas warga Bawean banyak yang mengendarai mobil bak terbuka yang dilengkapi dengan sound system. Dengan alunan musik, anak muda yang menaiki mobil pickup tersebut pun menari dengan gembira. Suasananya pun menjadi semakin meriah dan tempat-tempat wisata ramai pengunjung.
.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, kemeriahan tradisi Medher di pulau Bawean mulai berkurang. Pasalnya, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat melarang warga Bawean untuk membawa sound system dengan mobil saat Medher. Kendati demikian, masih ada beberapa mobil yang masih nekat membawa sound pada lebaran Idul Fitri 2023.
"Kemarin tetap ada yang medher pakai sound, lalu mixernya diambil polisi. Tapi setelah itu katanya bisa diambi lagi," ujar salah satu pemuda Bawean, iyank (23 tahun) kepada Boyanesia, Selasa (25/4/2023).
Dengan dilarangnya medher pakai sound system, Iyank mengakui suasana lebaran Idul Fitri tahun ini kurang ramai dan meriah. Padahal, menurut dia, anak-anak Bawean ingin bergembira.
"Sudah beberapa tahun ini kurang meriah. Padahal anak muda, bahkan sebagian yang tua-tua juga ingin ada lagi sound system itu biar ramai. Tapi, kalau waktunya adzan ya harus dimatikan soundnya," ucap Iyank.
Sementara itu, Kapolsek Sangkapura di Pulau Bawean, AKP Moch Suja'i menjelaskan bahwa larangan membawa sound system di mobil tersebut berdasarkan kesepakatan para tokoh masyarakat, kepala desa, dan tokoh agama di Bawean.
"Di mana pun kalau soundnya itu tidak boleh keliling. Kemarin itu sudah disepakati keseluruhan tokoh masyarakat. Tapi, soundnya itu juga dibahayakan karena kadang-kadang dimuati juga oleh penumpang yang tidak ingat bahayanya," kata Suja'i saat dihubungi lebih lanjut.
Sebelum lebaran, menurut dia, pihaknya juga sudah mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak menggunakan sound system di atas mobil saat berkeliling Bawean. Menurut Suja'i, larangan itu diterbitkan demi kesalamatan warga Bawean juga.
"Kemarin sudah disepakati. Coba kalau gak disepakati saya juga menghargai bahwa itu adat. Kalau sound system yang ditaruh di satu tempat itu tidak apa-apa. Tapi kalau sound system berjalan warga kurang berkenan. Ini juga untuk keselamatan," jelas Suja'i.
Jika ada warga yang masih nekat memakai sound system, Suj'ai pun telah memerintahkan kepada anak buahnya untuk melakukan tindakan persuasif. Karena, menurut dia, situasi di Pulau Bawean berbeda dengan di Tanah Jawa.
"Makanya saya bilang ke angggota saya maupun koramil, sudah dipersuasif saja. Kita edukasi yang baik. Kalau masih bandel ya diamankan, bukan berarti ditangkap. Jadi, setelah selesai acara itu baru bisa dikembalikan agar tak membuat gaduh di jalan," ujar Suja'i.
Kemudian, tambah dia, sound system yang telah diamankan tersebut hanya boleh diambil kembali oleh kepala desa atau aparat desa. "Kalau ada kesalahan lurahnya yang ambil, aparat desanya yang ambil, sehingga tidak terjadi arogansi di jalan," katanya.
"Karena sudah banyak kejadian gara-gara sound ini, misalnya saat orang bangunkan sahur kemarin juga ribut," imbuh Suja'i.
Momen lebaran memang menjadi semacam pesta tradisi budaya di Pulau Bawean. Pada hari pertama Idul Fitri, warga Bawean biasanya melakukan tradisi saling mengunjungi sanak keluarga yang disebut dengan tradisi Medheng. Dalam tradisi ini, mereka saling memaafkan, serta saling merasakan menu masakan yang dibuat. Selain itu, tradisi ziarah leluhur hingga halal bi halal juga dilakukan di pulau wisata berjuluk Pulau Putri ini.
Pada hari-hari selanjutnya, barulah warga Bawean menjalankan tradisi Medher, yakni liburan ke tempat-tempat wisata berkeliling Bawean. Mereka mengunjungi pantai dan beberapa tempat wisata eksotis yang ada di Pulau Bawean. Para perantau yang tengah mudik pun sangat gembira bisa menikmati keindahan tanah kelahirannya.
Tradisi Medher ini telah membuat wisata di Pulau Bawean lebih bergairah. Beberapa tahun belakangan ini pengelola tempat wisata pun menambah wahana baru. Sayangnya, dengan tidak adanya orang Medher pakai sound system di atas mobil, tempat-tempat wsiata di Bawean tak seramai dulu.
Baca Juga:
4 Tradisi Unik Suku Bawean di Bulan Ramadhan
Sasakbenan, Tradisi Muda-Mudi Bawean yang Terlupakan di Bulan Syaban
Mandiling, Seni Berbalas Pantun Khas Bawean
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/f63b5ef1d5d4410ee5e0ebd43c1aa52c.jpg)