4 Tradisi Unik Suku Bawean di Bulan Ramadhan
BOYANESIA -- Tak terasa kita sudah tiba lagi di bulan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu orang-orang yang beriman. Pada bulan suci ini, umat Islam akan kembali menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Selama Ramadhan ini, di sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki tradisi yang cukup unik, di antaranya di Pulau Bawean. Penghuli pulau ini, suku Bawean mayoritas beragama Islam. Tidak ada umat agama lain yang mendiami pulau ini.
Bagi sobat Boyanesia yang belum tahu, Pulau Bawean berada di tengah laut Jawa, tepatnya sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Jika dilihat dari google maps, pulau ini tampak seperti titik Nun (dalam bahasa Arab ﻥ). Karena itu, pulau ini juga dijuluki sebagai “Titik Nun dari Pulau Jawa”.
Nah, di Pulau Bawean ini terdapat beberapa tradisi unik ketika Ramadhan. Berikut kami sajikan empat tradisi unik orang-orang Bawean di bulan Ramadhan. Yuk langsung saja. Inilah dia!
1. Menyajikan makanan di Masjid
Di malam-malam Ramadhan, orang-orang Bawean memiliki kebiasaan untuk Tadarrusan, yaitu kegiatan mengkhatamkan Alquran di masjid secara berkelompok dan bergantian. Nah, uniknya, mereka yang membaca Alquran tersebut juga akan disajikan makanan atau buah-buahan.
Makanan tersebut disajikan dalam nampan stainless berbentuk bulat. Sejumlah makanan ini diantarkan oleh masyarakat Bawean secara sukarela agar para pemuda Bawean selalu membaca Alquran dan meramaikan masjid.
2. Bercengkrama di Dhurung
Selain tradisi keagamaan, di Pulau Bawean juga ada tradisi nongkrong di saung atau yang disebut dengan Dhurung. Pada malam-malam Ramadhan, setelah kegiatan ibadah, biasanya orang-orang Bawean banyak yang bercengkrama di Dhurung itu.
Saat menunggu waktu berbuka puasa, orang-orang Bawean juga sering nongkrong di Dhurung bersama teman, keluarga, ataupun tetangga. Tradisi ini sebenarnya tidak hanya dilakukan Ramadhan saja. Tapi, saat Ramadhan, Dhurung-Dhurung di Pulau Bawean lebih ramai.
Dhurung menjadi tempat orang-orang Bawean, khususnya para lelakinya, berdiskusi dan membahas berbagai persoalan hidup. Mereka biasanya ditemani dengan kopi. Tradisi ini pun mempererat rasa persaudaraan orang-orang Bawean.
3. Tradisi Arowa-Rowa
Pada akhir Ramadhan atau menjelang Idul Fitri, orang Bawean juga melakukan tradisi Arowa-Rowa. Kata ini berasal dari kata arwah. Dinamakan demikian karena dalam tradisi ini, orang Bawean mengirimkan doa kepada para leluhur.
Tradisi ini biasanya dijalankan antar kelompok keluarga. Para lelaki dewasa, remaja, maupun anak-anak yang mengikuti tradisi ini akan membacakan tahlil dan surat Yasin kepada leluhur mereka yang sudah meninggal dunia. Tradisi ini biasanya dipimpin oleh kiai, ustaz atau sesepuh di keluarga tersebut.
4.Tradisi "Nyare Malem"
Menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan, orang-orang Bawean juga memiliki tradisi unik yang disebut dengan “Nyare Malem”. Dalam bahasa Indonesia artinya, Mencari Malam. Tradisi merupakan kegiatan Ngabuburit ala orang Bawean.
Kebanyakan yang menjalankan tradisi ini adalah muda-mudi Bawean ataupun bapak-bapak yang menemani anak mereka. Sementara, kaum ibu biasanya sibuk menyiapkan hidangan buka puasa di rumah.
Seperti kegiatan Ngabuburit pada umumnya, Nyare Malem adalah kegiatan menunggu Azan Maghrib. Bedanya dengan daerah lain, dalam tradisi Ngabuburit di Bawean ini Anda bisa menikmati pemandangan Pulau Bawean yang masih asri.
Tempat-tempat yang asyik untuk Nyare Malam biasanya di tepi pantai Bawean, dermaga penyeberangan, alun-alun kota bahkan pusat kuliner yang ada di sepanjang jalan lingkar Pulau Bawean.
Itu lah empat tradisi suku Bawean di bulan Ramadhan. Bagaimana dengan daerah sobat Boyanesia? Apakah ada tradisi semacam ini? Yuk kirimkan ceritanya ke tim Boyanesia melalui email ini, [email protected]
Baca Juga:
Sasakbenan, Tradisi Muda-Mudi Bawean yang Terlupakan di Bulan Syaban
Mandiling, Seni Berbalas Pantun Khas Bawean