Dikker, Tradisi Bawean untuk Agungkan Nabi Muhammad
BOYANESIA – Salam sobat Boyanesia yang berbahagia....Pulau Bawean merupakan sebuah pulau kecil terletak di tengah laut Jawa, tepatnya di sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau berjuluk pulau santri ini memiliki banyak tradisi dan budaya yang unik.
Salah satu tradisi yang terkenal di Pulau Bawean ini adalah tradisi Dikker. Tradisi ini merupakan warisan budaya yang berharga dan menjadi bagian penting dalam identitas mereka sebagai suku Bawean.
Merujuk buku“Bawean: Keunikan, Budaya, dan Tradisi” karya Hamim Farhan dkk terbitan deepublish, Kesenian Dikker merupakan kesenian tradisional yang menyuguhkan lagu yang mengagungkan Nabi Muhammad yang dikenal dengan syair-syair Barzanji.
Selain lagu atau syair yang berisikan mengagungkan Nabi Muhammad, juga berisi puji-pujian kepada Allah dengan diiringi tabuhan alat musik rebana atau terbang yang berukuran besar. Dikker, dalam pengucapan dialek Bawean, berasal dari kosa kata Arab Zikir yang berarti ingat atau mengingat.
Dalam tradisi Dikker ini, pagelaran musik yang membawa suasana mengingatkan kepada para pemirsa untuk selalu mengagungkan pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad. Karena, berisikan syair barzanji yang diiringi rebana dengan ritme tabuhan tempo lamban yang mendayu, sesekali ditingkahi dengan tabuhan rebana yang berukuran besar yang menghasilkan nada suara bass, sehingga menghadirkan suasana khusuk tapi dinamis dengan tetap penuh kesakralan.
Pagelaran Seni Dikker ini dimainkan dengan berkelompok yang biasanya beranggotakan antara lima sampai delapan orang pemain. Maing-masing personil pemain dalam kelompok ini memiliki peran sebagai penabuh rebana sekaligus vokal dan lead vokal.
Yang menjadi ciri khas dari Dikker ini adalah masing-masing personil penabuh rebana harus bisa memainkan dengan menghasilkan suara yang berbeda antara rebana yang satu dengan yang lainnya. Di antara penabuh rebana ada salah satu yang berperan meningkahi tabuhan rabana lainnya. Sehingga menghasilkan suara yang dinamis rancak tapi tetap merdu dalam langgam keteraturan yang enak didengar dan dinikmati.
Kesenian Dikker ini sejak dahulu sampai sekarang hanya ditampilkan pada saat bulan Maulid yang bertepatan pada bulan Rabilul Awal dalam kalender hijriyah setiap tahunya, sekaligus diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad, yang dalam bahasa orang Bawean disebut Molod.
Peringatan pada perayaan Moolod ini bagi orang Bawean adalah salah satu peringatan hari besar Islam yang dirayakan dengan meriah dan penuh suka cita. Sehingga, tidak heran pada perayaan Molod ini konon sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari bahkan beberapa bulan. Pada perayaan Moolod ini musik kesenian Dikker selalu dimainkan sejak pagi hingga sore.