Cerita Awal Fahruddin Faiz Ngaji Filsafat di Masjid
BOYANESIA – Salam toghellen (saudara)...kali ini ijinkan saya menceritakan salah satu kisah saya saat kuliah di Yogyakarta dan bertemu dengan orang-orang hebat. Langsung saja simak, ini dia!!!
Pengajian yang tak biasa itu berlangsung di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta sejak 2013 lalu. Tak biasa karena materi pengajiannya bermuatan materi-materi filsafat, sehingga pengajian itu pun diberi nama “Ngaji Filsafat”.
Di awal adanya Ngaji Filsafat ini, saya juga sempat mengikutinya beberapa kali setiap Rabu malam, sebelum akhirnya lulus kuliah. Di masjid itu, mahasiswa dari berbagai kampus di Jogja belajar kepada seorang ahli filsafat dari UIN Sunan Kalijaga, yaitu Fahruddin Faiz.
Pak Faiz, begitulah saya biasa memanggilnya. Beliau termasuk salah satu dosen favorit saya saat kuliah di Jurusan Aqidah dan Filsafat (AF) Fakultas Ushuluddin Yogyakarta. Karena, cara mengajarnya santai dan materi filsafat yang demikian berat bisa lebih mudah diterima jika Pak Faiz yang menyampaikannya. Terkadang Pak Faiz juga menyelipkan humor, sehingga tidak bikin ngantuk.
Saat Pak Faiz menjabat sebagai Ketua Jurusan AF, kebetulan saya juga menjadi Ketua BEM Jurusan AF. Jika ingin menggelar kegiatan kemahasiswaan, saya harus mendapat tanda tangannya lebih dulu. Karena itu, mungkin muka saya masih ada di dalam benak Pak Faiz.
Oke, kembali ke cerita Ngaji Filsafat. Jadi, pada awal awal-awal Ngaji Filsafat, jamaah yang hadir masih bisa dihitung dengan jari. Saat itu, Pak Faiz masih menjelaskan tentang pengantar fisalafat. Kemudian, memperkenalkan pemikiran filsuf muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Arabu, dan Al-Ghazali.
Tidak hanya memperkenalkan filsuf Muslim, di pengajian itu Pak Faiz juga memperkenalkan pemikiran filsuf Barat, seperti pemikiran Nietzche, Sartre, Husserl, Heidegger, dan Karl Marx. Di kesempatan lain, Pak Faiz juga membahas tentang kajian filsafat dengan tema tertentu dan mengaitkannya dengan realitas terkini.
Sebagain orang mungkin merasa berat untuk menyerap pengetahuan filsafat. Namun, dalam pengajian ini, Pak Faiz selalu mampu menyajikan filsafat secara gamblang, sehingga lebih mudah dimengerti dan dicerna oleh mahasiswa yang baru ingin belajar filsafat.
Ngaji Filsafat kini sudah berjalan kurang lebih sembilan tahunan. Lalu, bagaimana kisah awal Ngaji Filsafat di Masjid Jenderal Sudirman ini?
Pada pada 2019 lalu, saya sempat mewawancarai Pak Faiz. Menurut Pak Faiz, Ngaji Filsafat sebenarnya awalnya adalah gagasan dari teman-teman Takmir Masjid Jenderal Sudirman (MJS) pada tahun 2013. Saat itu mereka menginginkan adanya kajian-kajian alternatif di masjid dengan visi spiritual, intelektual, dan kebudayaan.
Kebetulan salah satu yang dihubungi saat itu adalah Pak Faiz, mungkin karena beberapa di antara para takmir itu adalah mahasiswanya juga. “Karena bidang keilmuan saya adalah filsafat, maka yang bisa saya tawarkan kepada mereka sebagai tema kajian ya filsafat itu. Akhirnya disepakatilah untuk dilakukan Ngaji Filsafat setiap hari Rabu malam Kamis,” kata Pak Faiz.
Berikut petikan wawancara saya dengan Pak Faiz kala itu:
Mengapa Pak Faiz bersedia menjadi pemateri Ngaji Filsafat saat itu?
Tidak ada yang luar biasa dengan kesediaan saya menjadi pemateri Ngaji Filsafat. Karena memang bidang yang selama ini saya geluti adalah filsafat, dan ruang serta waktunya memungkinkan saya untuk memberikan kajian. Yang lebih menarik kalau pertanyaannya dibalik: mengapa ada orang yang mau mendengarkan kajian saya, sejak awal bahkan hingga saat ini yang kalau dihitung sudah lebih dari 220 kali saya mengisi kajian tersebut.
Kadang ada rasa minder juga. Di Indonesia ini tidak terhitung jumlahnya orang yang ahli di bidang filsafat. Namun nawaitu saya hanya satu, yaitu ‘menemani’ mereka yang ingin belajar dan menambah wawasan tentang filsafat. Itu saja. Selebihnya biar Allah yang mengatur.