Sejarah

Tiga Tokoh Jahiliyah dalam Legenda Bawean, Salah Satunya Raja Kanibal

Peta Pulau Bawean

BOYANESIA ---Salam toghellen (Saudara)....mungkin masih banyak yang belum tahu tentang Bawean. Karena, pulau ini terletak di tengah laut antara Jawa dan Kalimantan. Secara administratif, Pulau Bawean termasuk dalam Pemerintahan Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Dalam legenda Bawean, setidaknya ada tiga tokoh Jahiliyah yang dikisahkan, yaitu Prabu Dewatacengkar, Raja Dewana Teguh Saktiguna, dan Raja Babileono. Tiga tokoh ini diceritakan oleh Soedjijono dalam penelitiannya yang berjudul Legenda dari Pulau Bawean (Kajian dengan Pendekatan Arketipal).

Prabu Dewatacengkara merupakan seorang raja kanibal, pemakan daging manusia. Raja Dewana Teguh Saktiguna adalah raja saksasa yang lalim, kejam, sombong, dan bertindak sewenang-wenang. Sedangkan Raja Babileono adalah raja yang kafir. Dalam perenungannya, masyarakat Bawean menolak sifat yang dimiliki ketiga penguasa Jahiliyah itu. Karena itulah, menurut Soedjijono, ketiga tokoh jahiliyah itu dibunuh.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dia menuturkan, Prabu Dewatacengkar dikalahkan oleh tokoh kebudayaan Ajisaka yang pernah datang ke Pulau Bawean dan kemudian hijrah ke Pulau Jawa. Setelah dibunuh, sang Prabu kemudian berubah wujud menjadi buaya putih yang di hidup di pantai Laut Selatan.

Raja Dewana Teguh Saktiguna yang lalim dikalahkan oleh pemuda bernama Cokro, seorang pemuda dari kalangan rakyat biasa, bukan dari kalangan bangsawan. Sedangkan Raja Babileono yang kafir dan tidak mau memeluk agama Islam terbunuh saat adu kesaktian dengan Maulana Umar Masud, tokoh penyebar Islam di Bawean.

Konon, Raja Babileono berubah wujud menjadi buaya buntung di sekitar Tanjung Gheeng, yang kini menjadi salah satu tempat wisata pantai di Pulau Bawean. Di tempat ini lah Umar Masud juga tiba di Pulau Bawean.

Soedjijono menjelaskan, ada permasamaan motif perubahan wujud dari manusia menjadi buaya. Hal ini dapat diinterpretasikan maknanya bahwa sifat kanibal, lalil, dan kafir adalah sifat yang dimiliki oleh binatang.

Oleh karena itu, jika sifat-sifat itu ada pada diri manusia, menurut pemikiran masyarakat Bawean, harus dibunuh agar manusia dapat menempati drajatnyya sebagai makhluk yang mulia. Menurut Soedjijono, ketiga sifat yang dikonkretkan pada ketiga tokoh Jahiliyah itu merupakan ciri dari kehidupan masyarakat yang biadab, tidak bermoral, dan tidak beradab.

Secara historis, dapat dikatakan, hampir seluruh kehidupan manusia dimulauu dengan keadaan jahiliyah. Kemudian, datang tokoh pembawa kebudayaan (culture hero), yang umumnya datang dari luar masyarakat itu, dan kemudian berperan mengubah tingkatan hidup jahiliyah menjadi kehidupan yang beradab.

Soedjijono menjelaskan, ditumbangkannya kekuasaan raja jahiliyah di Bawean dapat diinterpretasikan sebagai ungkapan psikologi masyarakat Bawean yang mendambakan kehidupan yang berperikemanusiaan (sebagai lawan sifat raja kanibal), berkeadilan (sebagai lawan sifat raja lalim, dan beragama (sebagai lawan sifat raja kafir).

Juru Tulis: Muhyiddin Yamin

Berita Terkait

Image

Dijuluki Balinya Jawa Timur, Pulau Bawean di Mana?

Image

Pulau Ini Terbentuk dari Sisa Gunung Berapi Tua

Image

Sejarah Orang Bawean Bermigrasi ke Singapura

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita