Catatan Antrolog Belanda tentang Isra Miraj di Pulau Bawean
BOYANESIA -- Umat Islam Indonesia akan memperingati peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad pada 27 Rajab 1443 Hijriah yang bertepatan pada 28 Februari 2022 mendatang. Peringatan Isra Miraj ini bisanya diperingati hingga ke daerah-daerah pelosok, seperti halnya di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur.
Peringatan Isra Miraj di Pulau Bawean tempo dulu terekam dalam cacatan seorang antropolog asal Belanda, Jacob Vredenbregt. Jacob menjelaskan, sejak hari ke-8 bulan Rajab sampai dengan malam ke-27, masyarakat Bawean zaman dulu selalu memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW ke surga.
Menurut Jacob, kaum muslimin percaya bahwa pada malam itu Nabi Muhammad SAW mengadakan perjalanan ke Yerusalem dengan Burak yang bersayap, dan kemudian dari sana nabi melakukan kunjungan ke tujuh surga.
“Selama waktu itu setiap malam kiai yang terpenting di Bawean sangat sibuk,” tulis Jacob Vredenberg dalam bukunya yang berjudul Bawean dan Islam terbitan INIS Jakarta.
Jacob menuturkan, peringatan Israj Miraj di Pulau Bawean diadakan di masjid atau di langgar yang hanya diikuti oleh kaum laki-laki. Di samping itu, di luar masjid banyak orang turut mendengarkan pidato kiai yang suaranya diperkuat dengan pengeras suara. Di depan masjid juga banyak tamu yang duduk di kursi.
Peringatan Isra Miraj di Bawean, menurut Jacob, diselenggarakan oleh panitia Miraj, sebuah komite yang terdiri dari anggota desa yang diberi tugas khusus untuk mengurus selamatan yang diadakan tengah malam sesudah Isra Miraj selesai.
Panitia ini mengajukan permohonan kepada golongan karya di desa melalui surat khusus untuk memberikan sumbangan dalam bentuk kambing, beras, minuman, dan sebagainya. Sedangkan semua penduduk desa secara sukarela memberikan bantuan uang sesuai kemampuan masing-masing.
Peringatan Isra Miraj di Bawean zaman dulu, selalu dimulai setelah sholat Isya dan berakhir menjelang tengah malam sesudah selamatan yang diikuti seluruh jamaah. Selama pidato berlangsung, biasanya juga disajikan kopi dengan berbagai panganan.
Sesudah acara pembukaan, menurut Jacob, peringatan Isra Miraj di Bawean diawali dengan membacakan ayat-ayat Alquran oleh salah seorang santri yang paling pandai mengaji. Setelah itu, kiai angkat bicara dan mengisahkan tentang perjalanan nabi ke surga dan tentang kuda bersayap yang disebut Burak, yang sifat-sifatnya disamakan dengan roket dan sputnik.
“Pidatonya diselingi dengan ayat-ayat Alquran, dengan memberi peringatan atua nasihat, disertai pujian terhadap politik pemerintah, kecaman terhadap kaum imperialis, tak ada yang dilupakan,” jelas Jacob.
Sesudah selamatan, para kiai Bawean pulang ke rumah dan menerima sejumlah uang dari panitia Mir’aj untuk jasa mereka, ditambah dengan makanan sekadarnya. Jika perjalanan dari tempat tingggalnya ke desa tempat peringatan ini sangat jauh, maka sang kiai diberikan tarif yang lebih tinggi.
Saat peringatan Isra Miraj mencapai puncaknya pada 27 Rajab, semua penduduk pergi ke Masjid Agung di Sangkapura untuk sekaligus menyaksikan pawai besar yang setiap tahun mengakhiri peringatan Israj Miraj di sana.
Menurut Jacob, pawai ini diawali oleh pengendara kuda yang berpakaian Arab dan menunjukkan sikap yang agak mengancam karena pedangnya yang terhunus. Iring-iringan kuda ini disusul dengan sebuah bulan sabit bersama tiga bintang yang beberapa meter tingginya, diterangi oleh lampu minyak tanah di bawa oleh puluhan santri.
Kemudian, sebuah korps berbaris dengan pemainnya yang semuanya berpakaian seragam Turki. Mereka diiringi ratusan wanita yang berkerudung dan di belakangnya kaum pria dalam pakaian haji. Pawai ini menuju Masjid Agung dan dari sana beralih ke gedung besar yang terletak di hadapannya, yaitu madrasah. Di gedung ini lah semua orang mengambil tempat.
“Di sini telah dibuat panggung dan banyak pembicara memberi pidato. Kira-kira tengah malam diadakan selamatan yang merupakan acara terakhir dari peringatan Isra Miraj di Bawean,” jelas Jacob.
Juru Tulis: Muhyiddin Yamin