Berdakwah di Bawean, Gus Muwafiq: Kita Hidup di Zaman Para Ulama
GRESIK -- Ulama NU asal Yogyakarta, KH Ahmad Muwafiq melakukan kunjungan dakwah ke Pulau Bawean, Gresik dalam rangka menghadiri peringatan Harlah ke-99 Nahdlatul Ulama (NU). Dalam ceramahnya, pendakwah yang biasa dipanggil Gus Muwafiq ini menyampaikan tentang variasi para ulama yang hidup di zaman modern.
“Ulama itu punya pekerjaan banyak, kenapa? karena membimbing umat. Tapi tidak hanya satu model. Karena hidup di lingkungan yang berbeda-beda, maka menghasilkan tipologi pembelajaran agama yang bervariasi. Semisal ulama Bawean pasti berbeda dengan ulama Gresik dan yang lainnya,” ujar Gus Muwafiq dalam pengajian akbar yang digelar di gedung serba guna kantor Perikanan Pulau Bawean, Selasa (22/2/2022).
Mantan asisten almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menjelaskan, ulama yang berbeda-beda ini sebagai ujung tombak untuk membawa misi Islam. Menurut Gus Muwafiq, salah satu karakteristik dari ulama zaman modern ini adalah tidak ngotot atau tidak memaksa dalam mengajak kepada kebaikan.
“Dinamika ulama yang bervariasi itulah yang akhirnya kemudian menyadarkan semuanya bahwa semua orang harus sadar dia hidup di zaman para ulama, sehingga tidak ngotot. Karena semua ulama itu sumbernya sama yaitu dari Rasulullah,” ucap Gus Muwafiq.
Baca juga: Mengapa Sunan Bonang Ada di Pulau Bawean? Ini Penjelasan Gus Muwafiq
Menurut Gus Muwafiq, ada orang yang beruntung bisa bertemu langsung dengan Rasulullah yakni para sahabat. Kemudian, ada yang tidak bertemu dengan Rasulullah tapi bertemu dengan sahabat, yaitu Tabi'in. Sedangkan yang bertemu dengan sahabat dan tabi'in namanya tabiut tabi'in.
“Jadi kita ini adalah orang-orang yang mengikuti Rasulullah tapi hidup di zaman para ulama. Makanya kita itu bersahaja. Kesadaran kita hidup di zaman para ulama, sehingga kita itu tidak ngotot,” kata pendakwah kelahiran Lamongan ini.
Dia pun mencontohkan, ketika makan disunnahkan dengan menggunakan tangan tiga jari. Namun, di zaman sekarang ini sudah ada makanan seperti soto dan lainnya. Karena itu, para ulama tidak memaksakan harus sama dengan zaman para sahabat.
“Makanya kemudian dibuat organisasi yang namanya nahdlatul ulama. Yang mengikuti standar gayanya ulama, di mana ia berada ya sudah itu. Apakah NU itu baru? Nama organisasinya memang baru tapi khittah diniyahnya sudah lama, bahkan orang-orang sebelum ada NU ya tahlilan dan yasinan,” jelas Gus Muwafiq.
Di NU sendiri ada pedoman 'Al-muhafadhotu ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah', yakni ‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik’. Menurut Gus Muwafiq, ini menunjukkan bahwa kesadaran agama itu ada dalam kesadaran zaman sahabat, kesadaran zaman tabi'in dan seterusnya.
Peringatan Harlah ke-99 NU di Pulau Bawean ini dihadiri Rais Suriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean Kiai Ahmad Zubaidi Humaili, Ketua Tanfidiyah PCNU Bawean Kiai Muhammad Fauzi, jajaran pengurus PCNU Bawean, pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se Bawean, dan seluruh Banom NU. Kegiatan ini berlangsung dengan mematuhi protokol kesehatan.
Pewarta: M Faiz
Editor: Muhyiddin Yamin