Sejarah

Suara Batuk Kiai Ini Dijadikan Penanda Waktu Sholat

KH Hamid Thobri Bawean (Foto: Islam Digest Republika)
KH Hamid Thobri Bawean (Foto: Islam Digest Republika)

BOYANESIA -- Di Pulau Bawean, Gresik terdapat sosok ulama yang juga ikut mengusir penjajah, yaitu KH Hamid Thobri. Dia adalah mantan Komandan Laskar Hizbullah Bawean dan termasuk ulama yang memiliki banyak karomah.

Masyarakat Bawean kerap memanggilnya sebagai Kiai Pancor. Julukan itu disematkan kepadanya karena Kiai Hamid tinggal dan wafat di Dusun Pancor, Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura.

Sosok Kiai Hamid merupakan ulama yang sangat tegas dalam melarang segala macam bentuk kemungkaran. Karena itu, masyarakat Bawean yang mau mengadakan pertunjukan orkes tidak berani lewat di depan pondok pesantren Kiai Hamid, yang kebetulan berada di pinggir jalan raya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk mengadakan orkes ataupun layar tancap di zaman itu, masyarakat Bawean biasanya akan menyiarkan lewat pengeras suara dengan cara berkeliling Pulau Bawean. Namun, setelah memasuki Desa Gedung Batu, penyiaran tersebut langsung berhenti karena takut pada Kiai Hamid.

“Keperibadiannya seperti biasanya khas ulama salaf, tegas dan keras dalam menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar. Kalau ada kemungkaran tidak ditunda-tunda, langsung ditindaklanjuti,” ujar salah satu cucu Kiai Hamid, Gus Mahfudz kepada penulis.

Gus Mahfud mengatakan, kakeknya tersebut sangat menentang terhadap hal-hal yang berbau maksiat. Kiai Hamid melarang pertunjukan orkes tersebut karena kerap mempertontonkan kemaksiatan.

Suatu waktu bahkan Kiai Hamid bersama sejumlah santrinya pernah menggeruduk secara langsung pertunjukan orkes kesenian Mandiling yang digelar oleh masyarakat. Pertunjukan itu pun langsung bubar seketika, dan pimpinannya yang terkenal memiliki kesaktian lari tunggan langgang karena melihat Kiai Hamid.

Karomah Kiai Hamid

Para kiai di Bawean dan santrinya kerap menceritakan tentang karomah Kiai Hamid, sehingga kewalian Kiai Hamid pun menyebar ke tengah-tengah masyarakat. Walaupun, yang bisa mengetahui kewalian seseorang itu hanya wali itu sendiri.

Di antara karomah Kiai Hamid yang kerap di ceritakan adalah tentang suara batuknya. Menurut Gus Mahfud, suara batuk Kiai Hamid bisa terdengar hingga beberapa kilometer oleh masyarakat. Suara batuk itu bahkan dijadikan sebagai tanda oleh masyarakat Bawean untuk menentukan waktu, sehingga masyarakat bisa teringat untuk menunaikan shalat.

Suatu ketika, Kiai Hamid juga pernah berceramah di alun-alun sangkapura tanpa menggunakan alat pengeras suara. Namun, suara Kiai Hamid bisa terdengar hingga ke suatu desa yang jaraknya sangat jauh dari lokasi acara tersebut.

Selain itu, berdasarkan penuturan para santrinya, Kiai Hamid juga belum pernah meludah ke tanah. Bahkan, ketika bepergian pun, Kiai Hamid selalu membawa tempat khusus untuk meludah. Tempat itu biasanya dibawakan oleh santri yang bertugas mendampinginya.

Santrinya juga pernah menceritakan bahwa Kiai Hamid tidak tersentuh hujan. Saat seorang santrinya menemani Kiai Hamid, tiba-tiba di tengah perjalanan turun hujan lebat. Namun, dengan hanya mengibaskan surbannya ke udara, tiba-tiba air hujan menyingkir dnegan sendirinya dan tidak membasahi jalan yang dilalu Kiai Hamid.

Kejadian-kejadian aneh tersebut bisa jadi sebagai karomah atau kemuliaan yang diberikan Allah kepada seorang wali. Namun, sekali lagi, La ya'riful wali illal wali, yang artinya tidak akan mengetahui kewalian seseorang kecuali orang tersebut adalah juga seorang wali.

Juru Tulis: Muhyiddin Yamin

Berita Terkait

Image

KH Mas Raji, Kiai Makkah dari Pulau Bawean

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita