Doa Syaikhona Kholil untuk Orang Tionghoa yang Ingin Cepat Kaya
BOYANESIA -- Syaikhona Kholil Bangkalan adalah seorang ulama besar di Jawa Timur dan dikenal sebagai mahaguru para ulama dan kiai di Nusantara. Selain itu, Syaikhona Kholil juga dianggap sebagai waliyullah dan punya banyak karomah. Karena itu, sangat banyak orang yang meminta didioakan syaikhona.
Dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, KH A Azis Masyhudi menjelaskan, Kiai Kholil memang hampir tak pernah menolak orang-orang yang datang kepadanya, untuk urusan apapun.
BACA JUGA: Kisah Syaikhona Kholil Bangkalan Makan Kulit Semangka di Makkah
Kiai Azis menceritakan, suatu hari seorang Tionghoa yang ingin cepat kaya, Koh Bun Fat datang menghadap Kiai Kholil dan berkata, “Kiai saya mohon didoakan agar cepat kaya. Saya sudah bosan hidup miskin terus.”
Lalu, Kiai Kholil memintanya untuk mendekat. Begitu mendekat, Kiai Kholil meraih kepalanya dan memegangnya erat-erat. “Saatu lisana-tan. Howang-bowang, bowing-bowing. Pak uwang buwang nuwang. Tur kecetur salang kecetur. Sugih..Sugih .Sugih!”, ucap Kiai Kholil sambil memegang kepada Koh Bun Fat.
Tentu tak ada yang mengerti maksudnya. Namun, kata tanpa makna itu benar-benar bisa mengubah kehidupan Koh Bun Fat. Sejak saat itu, Koh Bun Fat menjadi pengusaha yang kaya raya.
Dalam kisah yang lain, Kiai Azis Masyhudi juga menceritakan, suatu ketika Kiai Kholil memanggil Abdullah, salah seorang santrinya, yang dikenal sangat miskin. “Abdullah, kamu pergi haji tahun ini juga ya!,” kata Kiai Kholil.
BACA JUGA: Keistimewaan Syaikhona Kholil Bangkalan, Baca Alfiyah Terbalik
Perintah Kiai Kholil itu tentu amat membingungkan Abdullah. Bagaimana ia bisa pergi haji kalau untuk makan sehari-hari saja teramat susah. Namun demikian, ini adalah perintah gurunya. “Ya Kiai,” jawabnya terbata-bata, sambil mengangguk berkali-kali.
Di lain waktu, Kiai Kholil memanggil Zahid, santrinya juga, yang berasal dari keluarga berada. “Zaid kamu segera pergi haji ya!” kata Kiai Kholil.
Meski dari keluarga berada, bagi Zaid untuk pergi haji harus dipikirkan seribu kali. Sebab, selain ongkos pergi haji tidak sedikit, juga perjalanannya ke tanah Arab cukup berat. Karena itu, Zaid menjawab, “Saya tidak cukup mampu untuk pergi haji kiai.”
Di hari kemudian, Abdullah benar-benar bisa pergi haji berkali-kali sebanyak anggukan kepala ketika menjawab perintah Kiai Kholil. Abdullah pergi haji pada tahun itu juga. Sementara Zaid hingga akhir hayatnya tak pernah mampu menunaikan ibadah haji.
BACA JUGA: Mbah Damanhuri, Santri Syaikhona Kholil yang Masih Hidup Berusia Satu Abad