Dilanda Banjir dan Longsor, Warga Bawean Gotong Royong

Banjir terjadi karena penebangan kayu secara massif di Bawean
BOYANESIA -- Setelah dilanda hujan yang mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan longsor, warga Bawean bergotong royong membersihkan lumpur dan material yang masuk ke perkampungan. Mereka juga bahu membahu membantu warga yang rumahnya rusak akibat diterjang banjir bandang.
Salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir adalah di Dusun Daun Timur, Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean. Setidaknya ada tujuh rumah di Dusun Daun Timur yang mengalami rusak berat akibat diterjang banjir, tiga di antaranya roboh.
“Ada sekitar tujuh rumah yang rusak berat, kemudian warga bergotong royong untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di rumah itu,” ujar salah satu warga Dusun Daun Timur, Junasita (49 tahun) kepada Boyanesia, Jumat (3/3/2023).
Menurut dia, sampah-sampah dan material yang menyangkut di rumah-rumah itu kemudian diangkut dengan mobil pick up. “Tadi sampah-sampah dan kayu itu diangkut beberapa kali pakai mobil,” ucapnya.
Sementara ini belum ada bantuan dari pemerintah kabupaten Gresik untuk membantu rumah-rumah warga yang rusak itu. Tapi, menurut Junasita, biasanya pemerintah desa akan membantu memperbaiki rumah-rumah yang roboh atau rusak itu, baik memberikan bantuan pasir atau pun bantuan uang.
“Pemerintah desa juga telah memberikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak,” katanya.
Akibat banjir yang kembali terjadi pada Jumat (3/3/2023) hari ini tanggul di sungai Dusun Timur juga jebol. Masyarakat pun kembali dilanda ketakutan. Tapi, beruntung banjir yang kedua kalinya itu air sungai tidak sampai naik ke perkampungan.
Pada zaman dulu di Dusun Timur sendiri hampir tidak pernah terjadi banjir bandang. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir banjir cukup sering menimpa dusun yang berada di dekat sungai tersebut. Patut diduga banjir tersebut sering terjadi lantaran adanya penebangan kayu liar.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Bawean: Banjir Longsor, Hingga Jembatan Putus
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean, KH Fauzi Rauf menyesalkan maraknya penebangan kayu secara massif di Pulau Bawean. Hal tersebut dimulai sejak 10 tahun silam, yang sekarang sudah mulai tampak dampaknya.
“Kayu-kayu itu ditebang, disamping untuk dikirim, juga untuk ditanami kayu sengon. Masyarakat kita yang awam, memang kurang memikirkan dampaknya, yang dibayangkan adalah cuan atau uang,” ujar Kiai Fauzi.
Karena itu, menurut dia, sangat penting sekali, pemerintah, tokoh masyarakat, untuk membicarakan ini. Karena faktanya, pada saat musim kemarau, sumber air banyak yang mati, hingga timbul konflik di masyarakat karena air.
“Sedangkan di musim penghujan, justru sering terjadi banjir dan longsor,” katanya.
Baca halaman selanjutnya
