Serba Serbi

Budaya Merantau Suku Bawean

Suku Bawean dikenal suka merantau (ilustrasi).
Suku Bawean dikenal suka merantau (ilustrasi).

BOYANESIA -- Budaya merantau suku Bawean adalah salah satu aspek penting dari identitas suku ini. Suku Bawean berasal dari Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa, tepatnya di sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Budaya merantau suku Bawean melibatkan tradisi pergi bekerja atau tinggal di luar Pulau Bawean untuk mencari penghidupan.

Banyak orang dari suku Bawean merantau ke berbagai kota di Indonesia, bahkan ke luar negeri, untuk bekerja sebagai pekerja migran. Awalnya, mereka banyak yang bekerja di sektor-sektor seperti tukang bangunan, buruh pabrik, atau pekerja rumah tangga.

Meskipun mereka pergi merantau, hubungan keluarga tetap sangat penting dalam budaya suku Bawean. Mereka sering mengirim uang pulang ke keluarga mereka di Pulau Bawean dan menjaga hubungan yang kuat dengan anggota keluarga di kampung halaman.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Agama Islam juga memiliki peran penting dalam kehidupan suku Bawean, dan mereka sering membawa nilai-nilai agama ini dalam perantauan mereka. Meskipun dalam perantauan mereka mungkin menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah tempat mereka tinggal, mereka juga tetap menjaga keberlanjutan bahasa Bawean di kalangan komunitas mereka.

Suku Bawean juga memiliki tradisi dan budaya khas, seperti tarian, musik, dan pakaian adat, yang mereka pertahankan dalam perantauan. Budaya merantau suku Bawean mencerminkan adaptasi mereka terhadap perubahan ekonomi dan sosial, sambil tetap menjaga akar budaya mereka yang kuat.

Sejak kapan suku Bawean merantau?

Di dalam buku “Bawean: Keunikan, Budaya, dan Tradisi” karya Hamim Farhan dkk terbitan deepublish dijelaskan, belum ada literatur yang menjelaskan tentang kepastian kapan warga Bawean melakukan migrasi atau merantau besar-besaran ke luar negeri, terutama ke Malaysia, Singapura dan Ausralia.

Akan tetapi, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa migrasi warga Bawean ke luar negeri sudah ada dimulai sejak abad ke-1957 dengan menggunakan alat transportasi laut dengan kapal layar.

Meskipun hanya dengan modal keberanian dan bekal seadanya, mereka berhasil melakukan migrasi atau perantauan dengan didasari atas kepercayaan dan kekuatan persaudaraan yang telah dibangun sejak lama.

Latar belakang budaya merantau bagi masyarakat Bawean tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan perdagangan oleh kelompok saudagar Kemas dari Palembang Sumatra yang memang menjadikan Bawean sebagai pulau transit oleh para pedagang dan saudagar kelompok Kemas yang menggunakan kapal, yang sudah lama melakukan kongsi dengan para pedagang dari China.

Kapal-kapal yang dimiliki saudagar Palembang ini awal mulanya merupakan kapal pengangkut barang dagangan. Namun, para saudagar Kemas ini membaca pangsa pasar dengan mengubah fungsi kapal, yang tadinya untuk mengangkut barang dagangan dari Palembang yang singgah di Pulau Bawean, menjadi kapal pengangkut penumpang yang sengaja disediakan sebagai alat transportasi bagi warga Bawean yang hendak merantau ke negeri seberang Melayu.

Mereka pun meminjamkan modal dan ongkos bagi warga Bawean yang hendak merantau ke Malaysia. Setelah tiba di Malaysia dan mendapatkan pekerjaan, serta berhasil sampai pulang ke kampung halaman, baru lah warga Bawean membayar pinjaman modal dan ongkos tadi.

Karena cara kepercayaan dan persaudaraan antara saudagar Kemas dengan warga Bawean perantau inilah menjadi hal penting yang melatarbelakangi munculnya budaya rantau bagi warga Bawean dan mayoritas membawa keberhasilan.

Dari alasan inilah lalu Bawean akhirnya menjadi masyarakat perantau sampai saat ini sudah di kenal di dunia. Nama Kemas Haji Jamaluddin Bin Kemas Haji Said adalah tokoh yang berjasa membangun pola dan tatanan masyarakat secara ekonomi dan mampu menghantarkan keberhasilan masyarakat Bawean perantau pada perubahan lokal dalam transformasi global.

Dan karena itu juga keturunan Kemas dari Palembang ini menempati posisi yang dianggap penting bagi sejarah keberhasilan perantau Bawean. Keluarga Kemas pun menempati Pulau Bawean sejak dulu hingga sekarang, bahkan terdapat area pemakaman khusus bagi keturunan Kemas Palembang di Pulau Bawean.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita