Cerita Jin yang Dianggap Berjasa Bagi Nelayan Bawean
BOYANESIA -- Dalam agama Islam, jin diciptakan dari nyala api yang tidak berasap, berbeda dengan malaikat dan manusia yang lahir dari tanah liat dan cahaya. Di Pulau Bawean zaman dulu, ada jin yang dianggap memiliki jasa penting terhadap nelayan.
Dalam bukunya yang berjudul “Bawean dan Islam”, Antropolog Belanda Jacob Vredenbregt telah merekam praktik ini. Dia menceritakan, ada sebuah desa nelayan di Bawean yang dia berinisial TD, yang pendudukanya hidup dari penangkapan ikan.
Di desa tersebut ada seorang berinisial M yang sejak bertahun-tahun memelihara jin yang bernama Zainal Arifin. Dia bisa memanggil jinnya ini sesuai dengan kehendaknya atau memulangkannya.
Di kalangan penduduk, menurut Jacob, jin Zainal Arifin ini mempunyai nama yang baik, sebab ia suka menolong dan memberi jasa-jasa penting terhadap nelayan. Para nelayan terus menerus meminta bantuan jin tersebut dan memohon kepadanya supaya menunjukkan perairan tempat ikan yang banyak atau memberi tahu sebab musabab dari kekurangan penangkapan ikan.
Jacob menungkapkan, M telah menjadikan jasa-jasa jin ini sebagai nafkahnya. Bahkan, sudah bertahun-tahun hal ini dijadikan mata pencarian satu-satunya.
Untuk jasa-jasa yang diberikan jin kepada para nelayan, M tidak menuntut pembayaran. Tapi, dia mengharapkan suatu imbalan yang harus sesuai dengan bobot pekerjaan jin bersangkutan.
“Kalau orang memberi terlalu sedikit, maka jin akan merasa terhina demikian pula yang memeliharanya, dan karena hubungan antara M dengan jinnya sangat akrab, maka jin akan kurang membantu orang tersebut,” kata Kiai B dari desa ST saat diwawancara Jacob.
Diceritakan, pada saat perahu nelayan milik S dua malam berturut-turut kurang berhasil menangkap ikan. Akhirnya, S memutuskan untuk pulang kembali ke daratan Pulau Bawean untuk meminta nasihat kepada jin Zainal Arifin. Juragan itu pun pergi ke rumah M di Desa TD.
Setelah tiba di sana, S kemudian memohon kepada M untuk memanggil jinnya. Setelah menyetujuinya, M meminta kepada juragan ikan itu untuk membawa daun sirih. M mengunyah daun itu sebentar dan duduk selama beberapa menit sambil berpikir dengan tangan menutup matanya. Kemudian, dengan keras menggoyang-goyangkan kepalanya dan memperkenalkan dirinya dengan suara hebat bernada rendah kepada juragan:
Jin: “Assalamualaikum. Saya Zainal Arifin. Ada keperluan apa?”
Juragan: “Jin, saya memerlukan pertolongan. Sudah dua malam saya mencari ikan layang, tetapi sia-sia saja, apa sebabnya?”
Jin: “Saya akan mencaro sebabnya.”
Selama kira-kira lima menit M berpikir tanpa bergerak. Lalu jin berkata, “Saya baru kembali dari perahu. Seorang yang tidak bersahabat telah mendapat kesempatan untuk melemparkan sekeping dari kayu nisan ke dalam perahumu. Ikan-ikan lari karenanya. Bersihkan bagian buritan kapal, lalu pergi mencari ikan di sebelah utara dair Pulau Gili (pulau kecil di Bawean) dan hasilmu akan berlebih-lebihan.”
Juragan: “Terimakasih jin, saya akan mengikuti nasihat ini.”
Jin: “Baiklah, saya sekarang mau pulang. Asaalamualaikum.”
Setelah percakapan itu, M kembali berubah seperti biasa dan suaranya juga berubah menjadi normal. Ia mengemukakan pengharapan agar jin memberi bantuan yang diperlukan. Lalu, juragan S memberi sedikit uang kepada M dan berangkat menangkap ikan.
Sumber: buku Bawean dan Islam