Ngaji Filsafat

Sosok Thukidides, Sejarawan dan Filsuf yang Ajarannya Dikagumi Prabowo

Sejarawan dan filsuf Yunani, Thukidides

BOYANESIA.REPUBLIKA.CO.ID -- Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto mengutip ajaran seorang sejarawan dan penulis Yunani kuno, Thucydides atau Thukidides dalam Dialog Publik yang digelar PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (24/11/2023).

Dalam dialognya, Prabowo menyampaikan bahwa dalam hubungan antar bangsa terhadap suatu ajaran yang selalu diajarkannya di mana-mana. Menurut dia, ajaran tersebut juga diajarkan di negara-negara besar, seperti di sekolah maupun universtias.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ajaran itu disebut dengan hukum Thukidides. Prabowo menjelaskan, Thukidides adalah seorang ahli sejarah bangsa Yunani yang hidup 2.500 tahun yang lalu. Selain dikenal sebagai sejarawan, Thukidides juga dikenal sebagai seorang filsuf dan jenderal. 

Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Diserang Israel, Begini Respons Ketum PBNU

“Dia (Thukidides) punya hukum itu satu kalimat saja, The strong will do what they can, and the weak suffer what they must. Yang kuat akan berbuat apa yang ingin dia perbuat, yang lemah harus menderita. Ini ajaran yang saya heran jarang diajarkan di Indonesia,” ujar Prabowo.

“Saya yang selalu bawa-bawa ini. Di kalangan sekolah-sekolah tentara ini saya coba sekarang hidupkan. Karena ini kunci,” ucap Prabowo.

Intinya, Prabowo ingin menegaskan bahwa jika Indonesia ingin membantu bangsa lain, maka Indonesia harus kuat. 

Lalu siapa sebenarnya sosok Thukidides tersebut?

Thukidides adalah seorang filsuf dan sejarawan Yunani yang hidup pada 460 SM-395 SM. Thukidides menulis tentang perang Sparta dengan Athena yang terjadi pada abad ke-5 SM. Perang itu dia catatkan dalam karyanya yang berjudul "History of The Peloponnesian War".

Baca Juga: Ponpes Al-Fath Cegah Ujaran Kebencian di Pesantren

Karyanya dipelajari di perguruan tinggi militer di seluruh dunia. Perang Peloponnesos ditulis oleh Thukidides menggunakan metode wawancara dan penulisannya bersumber dari pengalaman para prajurit yang terlibat langsung dalam perang.

Ia merupakan salah satu tokoh yang memandang sejarah sebagai teladan kehidupan. Thukidides menetapkan suatu bentuk kemunduran atau kemajuan dari suatu sejarah berdasarkan nilai-nilai filsafat. Tolok ukurnya adalah nilai kebaikan dan nilai keburukan dari suatu tujuan.

Seperti dikutip dari Ensikopedia Dunia, Thukidides menjadi sejarawan pertama yang diketahui berpikir kritis. Saat Perang Peloponnesos terjadi berlangsung, ia masih berusia 25 tahun. Dalam perang ini, Thukidides ditugaskan sebagai jenderal yang memimpin pasukan Athena di Trakia.

Baca Juga: Bacaan Doa Ketika Turun Hujan dan Mendengar Petir

Thukidides menjadikan dirinya sebagai pemeran dalam sejarah berdasarkan pengalamannya dalam perang. Penulisan sejarah ini dilakukannya dengan mengumpulkan bahan-bahan kesejarahan dan memisahkan segala khayalan dari dalam tulisannya.

Ia menuliskan pidato-pidato para tokoh sejarah semirip mungkin dengan ucapan yang didengarnya secara langsung. Dalam Perang Peloponnesos, Thukidides menjelaskan tentang persoalan hidup yang mendasar bagi manusia.

Thukidides disebut sebagai “Bapak Sejarah Ilmiah" karena standarnya yang ketat dalam mengumpulkan bukti serta analisisnya dalam hal sebab akibat tanpa rujukan mengenai campur tangan para dewa, seperti disebutkan dalam pengantar pada karyanya.

Baca Juga: Peringati Maulid Nabi, Warga Puri Sasak Pajang Doakan Palestina

Selain disebut sebagai bapak sejarah ilmiah, Thukidides juga disebut bapak sekolah realisme politik, yang melihat hubungan antabangsa berdasarkan siapa yang kuat, ketimbang siapa yang benar.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita