Dhungka, Kesenian Tradisional Bawean yang Hampir Punah
BOYANESIA -- Pulau Bawean memang terkenal dengan keberagaman kesenian yang dimilikinya. Pulau ini terletak di Laut Jawa, sekitar 135 kilometer sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Budaya dan tradisi lokal Pulau Bawean telah menghasilkan berbagai bentuk seni yang unik dan menarik.
Semua kesenian Bawean menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Pulau Bawean dan memberikan keunikan serta keindahan bagi pulau tersebut. Salah satu kesenian yang ada di pulau berjuluk Pulau Putri ini adalah Dhungka.
Dalam buku “Bawean: Keunikan, Budaya, dan Tradisi” karya Hamim Farhan dkk terbitan deepublish dijelaskan, Dhungka adalah sebuah kesenian dari Pulau Bawean berbentuk tarian dan juga permainan musik dengan alat berbentuk lesung yang biasanya digunakan untuk menumbuk padi.
Dalam kesenian ini, setidaknya ada delapan orang perempuan yang memegang penumbuk padi. Kemudian, alat itu dipukulkan pada lesung secara bergantian dan menghasilkan nada yang harmonis. Di samping permainan musik, para pemain juga melakukan tari-tarian seirama suara musik dan nyanyian berbahasa Bawean.
Dhungka sendiri diketahui berasal dari bunyi dung-dung kah-kah ketika penumbuk memukulkan gentong pada lesung. Awalnya, Dhungka berasal dari kegiatan ibu-ibu ketika menumbuk padi. Ketika dirasa suaranya enak didengar, kemudian ditambah dengan syair-syair dan jadilah Dhungka sebagai wujud kesenian.
Konon, Dhungka kemudian diartikan sebagai kesenian sebagai perwujudan rasa syukur akan hasil panen yang didapat oleh para petani. Saat ini Dhungka biasanya ditampilkan dalam acara pengantin, hari besar, dan juga penyambutan tamu.
Namun, kesenian ini tergolong kesenian yang hampir punah. Keberadaannya saat ini, hanya bisa ditemui di beberapa desa di Bawean. Karena itu, pelestarian kesenian tradisional Bawean ini perlu perhatian lebih dari pemerintah Gresik.