Biografi Singkat KH Anwari Faqih, Pendiri Pesantren di Pulau Puteri

BOYANESIA – Salam toghellen (saudara) ..KH Anwari Faqih merupakan salah satu kiai dan pengasuh pesantren yang ada di Pulau Bawean. Warga Bawean biasa memanggilnya dengan Kiai Berik. Perannya di bidnag pendidikan Islam cukup besar pulau berjuluk Pulau Putri ini, khususnya di desa Kebuntelukdalam.
Setelah menimba ilmu di pesantren, Kiai Berik langsung menjadi guru, serta dipercaya masyarakat untuk mendidik putera-puterinya mengaji Alquran dan ilmu agama lainnya. Santri pertamanya berasal dari desa Kebuntelukdalam sendiri, ada juga dari desa lainnya. Hingga akhirnya mendirikan pondok pesantren.
Dalam penelitiannya “Internalisasi Nilai-Nilai Islam Di Pulau Bawean: Studi Pemikiran Pendidikan Keislaman KH Anwari Faqih di Jurnal Tadrisuna, Ainul Yakin menjelaskan bahwa sebelum kembali ke masyarakat, Kiai Berik menimba ilmu di Pondok Pesanren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo.
Di sana, Kiai Berik berguru langsung kepada pendiri pesantren Nurul Jadid, yaitu KH Zaini Mun’im. Di samping itu, ia juga berguru kepada menantu kiai Zaini, KH Hasan Abdul Wafi, yang terkenal kealiman dan ketegasannya di Jawa Timur. Kiai Berik nyantri di Nurul Jadid sekitar sembilan tahun lamanya.
Kiai Berik mondok bersama teman-teman sejawatnya dari Bawean, salah satunya, KH Abdul Aziz, Kiai Hilmi, Kiai Nawawi, Kiai Abdur Rauf, Kiai Zaini, Kiai Sarbini Dahlan dan lain-lain. Waktu di pondok, Kiai Berik dikenal sangat dekat dengan kiai Zaini, bahkan sering kali pengasuh memanggil Anwari muda untuk kepentingan pesantren.
Setelah kembali ke masyarakat, Kiai Berik menikahi seorang puteri dari Asyari yang bernama Adifah. Pasangan ini kemudian dianugerahi putera-puteri, yaitu Laili Muji Rahman, Moch Lutfi, Lis Isnaningsih dan Farah Diana. Kiai Berik tinggal bersama keluarga besarnya di Pettong Kebuntelukdalam dengan bahagia sampai akhir hayatnya.
Di akhir masa hidupnya, Kiai Berik melengkapi rukun Islam yang kelima yakni menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Tepat pada hari yang sangat mulia, Jumat (5/12/2014) Kiai Anwari berpulang ke Rahmatullah di usainya yang ke-74.
Mendirikan Pesantren
Almarhum Kiai Berik meninggalkan sebuah pesantren yang kini diasuh oleh menantunya, yaitu KH Fauzi Rauf. Nama pesantrennya adalah Pondok Pesantren Ummi Roti’ah Bawean. Pesantren ini dibangun Kiai Berik untuk mendidik generasi muda Bawean dengan ilmu agama.
Kiai Fauzi menceriakan, pesantren ini didirikan Kiai Berik pada 1989. Menurut Kiai Fauzi, mertuanya ini merupakan salah satu santri kesayangan KH Zaini Mun’im Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Proboliggo.
“Setelah mondok sembilan tahun di sana, kemudian Kiai Berik pulang kampung sekitar tahun 1967 atau 1968, lalu beliau menjadi guru dan mengajar di berbagai desa di Pulau Bawean,” ujar Kiai Fauzi saat diwawancara Boyanesia 2022 lalu.
Sebenarnya Kiai Berik tidak punya angan-angan sama sekali untuk mendirikan pesantren. Sejak mondok di Nurul Jadid, ia hanya ingin ingin mendirikan pendidikan formal. Lalu, ia pun mendirikan Madrasarah Tsanawiyah (Mts) Himayatul Islam pada 1986. Pada 1976, Kiai Berik juga sempat mendirikan SMP Islam.
Pada 1970-an, Pengasuh Pondok Tahsinul Ulum di desa Kebuntelukdalam wafat, sehingga pesantren itu pun sempat vakum. Setelah cukup lama vakum, akhirnya Kiai Berik didorong oleh masyarakat untuk mendirikan pesantren di desa itu.
Seperti pesantren pada umumnya, pesantren ini berawal dari langgar. Bahkan, menurut Kiai Fauzi, awalnya santri itu ditempatkan di dalam rumah yang kini ditempati Kiai Fauzi bersama keluarganya. Setelah santri Kiai Berik semakin banyak, barulah dibuatkan asrama untuk santri.
Pada 1989, akhirnya Kiai Berik mendirikan Yayasan Ummi Roti’ah (Ibu sang pengembala). Seiring dengan itu, Kiai Berik juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA) Himayatul Islam dan berkembang sampai sekarang ini.
Santri Pondok Pesantren Ummi Roti’ah sendiri kebanyakan berasal dari berbagai desa di Pulau Bawean. Namun, menurut Kiai Fauzi, pernah ada juga beberapa santri yang berasal dari Jawa, seperti dari Gresik dan Surabaya.
Sebagai pendiri, menurut Kiai Fauzi, Kiai Berik menerapkan pendidikan salaf dan moderan, mengadopsi dari sistem pendidikan Nuru Jadid. Karena, Kiai Berik sangat mengidolakan KH Zaini Munim yang juga memadukan pendidikan pesalaf-modern.
“Kalau pesantren salafnya, seperti biasa di sini ada kajian kitab salaf pesantren, seperti fikih, akhlak, tasawuf, dan tafsir hadits. Tapi, dua sampai tiga tahun terakhir ini, saya manfaatkan santri itu untuk memperkuat hafalan kitab, seperti hafalan kitab-kitab nadhom, seperti seperti imriti dan alfiyah,” jelas Kiai Fauzi.
Sedangkan pendidikan modernanya, para santri menempuh pendidikan di MTs dan MA Himayatul Islam itu berada di bawah naungan Yayasan Ummi Roti’ah. Namun, menurut Kiai Fauzi, pendidikan yang menggunakan sistem modern ini dikelola oleh masyarakat. Siswa-siswanya pun tidak hanya berasal dari Pesantren Ummi Roti’ah saja, tapi juga dari pesantren lain yang ada di Desa Kebuntelukdalam.
