Nasihat Bagi Orang yang Gundah Melihat Banyaknya Kaum Kafir
Agama
BOYANESIA -- Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi memberikan nasihat kepada orang-orang yang gundah dan gelisah melihat banyaknya kaum kafir. Dia juga menyampaikan nasihatnya kepada orang yang terguncang oleh kesamaan sikap mereka dalam mengingkari hakikat keimanan.
Nasihat pertama, bahwa yang dinilai dan dilihat bukanlah besarnya kuantitas dan banyaknya jumlah. Jika seorang manusia tidak menjadi manusia yang sebenarnya, berarti ia telah berubah menjadi binatang dan setan. Setiap kali tercebur dalam selera hewani, manusia akan memiliki sifat kebinatangan yang jauh lebih buruk dari binatang itu sendiri.
Menurut Said Nursi, seperti itulah sebagian orang Barat dan orang-orang yang mengikuti mereka. "Kemudian engkau bisa menyaksikan manusia yang berjumlah sedikit—jika diukur dengan banyaknya jumlah binatang—bisa berkuasa dan menguasai semua jenis binatang yang ada. Mereka menjadi khalifah di muka bumi ini," kata Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul "Al-Lama'at" terbitan Risalah Nur Press halaman 230.
Nursi menuturkan, kaum kafir beserta orang-orang yang mengikuti langkah mereka dalam kebodohan merupakan salah satu jenis binatang kotor yang Allah ciptakan untuk memakmurkan dunia. Allah SWT menjadikan mereka sebagai “satuan standar” untuk mengukur beragam nikmat yang Allah berikan kepada para hamba-Nya yang beriman.
"Kemudian ketika kiamat tiba, Allah memasukkan mereka ke dalam neraka jahanam; seburuk-buruk tempat kembali yang berhak mereka dapatkan," ucap Nursi.
Nasihat kedua, Nursi menyampaikan bahwa pengingkaran kaum kafir dan kaum yang sesat terhadap hakikat keimanan tidaklah memiliki kekuatan. Menurut Nursi, penolakan mereka itu sama sekali tidak memiliki pegangan. Juga, kesepakatan mereka tidak bernilai karena berupa peniadaan. Seribu orang yang mengingkari nilainya sama dengan satu orang.
Contohnya adalah ketika semua penduduk Istanbul tidak melihat hilal (bulan sabit) di awal Ramadan yang penuh berkah, maka pengakuan dua orang yang melihat bulan akan menjatuhkan nilai kesepakatan mereka semua. Dengan demikian, kesepakatan kaum kafir yang berjumlah banyak itu tidak ada artinya karena substansi kekufuran dan kesesatan adalah penyangkalan, penolakan, kebodohan, dan ketiadaan.
"Dari sini, nilai dua orang mukmin yang bersandar pada penyaksian terhadap hakikat keimanan yang permanen mengungguli dan mengalahkan kesepakatan kaum yang sesat dan ingkar yang jumlahnya tak terbatas," jelas Nursi.
