Sejak Kapan Pulau Bawean Ada Penghuninya?
BOYANESIA -- Salam toghellen (saudara)....Pulau Bawean merupakan pulau kecil yang terletak di Laut Jawa, sekitar 135 kilometer sebelah utara Gresik, Jawa Timur. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam pemerintahan Kabupaten Gresik dan hanya memiliki dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tambak dan Sangkapura.
Pulau ini berada di tengah-tengah antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Dalam kitab Negarakertagama, Pulau Bawean disebut dengan Buwun. Namun, tahukah Anda, sejak kapan pulau berjuluk pulau putri ini dihuni oleh manusia?
Dalam bukunya yang berjudul “Ulama Bawean dan Jejaring Keilmuan Nusantara Abad XIX-XX”, Burhanuddin Asnawi mengungkapkan awal mula penduduk Bawean berdasarkan catatan dalam Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya.
Dalam Serat Praniti dijelaskan bahwa penduduk Bawean bermula pada tahun 8 saka, yang sebelumnya belum pernah berpenghuni. Kemudian, pemerintah Kolonial Belanda dan Eropa pada abad ke-18 menamakan pulau ini dengan sebutan Lubeck, Baviaan, Bovian, Lobok.
Tidak dapat dipastikan dari mana asal penghuni pertama yang menduduki Pulau Bawean. Namun, berdasarkan cerita rakyat Bawean, pulau ini ditemukan oleh pelaut dari kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa sekitar tahun 1350 M ada sekelompok pelaut dari kerajaan Majapahit terjebak badai di laut Jawa. Karena derasanya hempasan ombak, para pelaut Majapahit itu pun terdampar di suatu pulau, tepat pada saat matahari terbit. Akhirnya, pulau itu pun diberi nama Pulau Bawean.
Namun, dalam perkembangannya penduduk yang menghuni pulau ini kebanyak berasal dari Pulau Madura. Orang Madura masuk ke Bawean bersamaan dengan kedatangan agama Islam yang dibawa oleh Syekh Maulana Umar Mas'ud, yang yang lebih dahulu mengalahakan raja Babi yang kafir.
Kendati demikian, orang Bawean tidak mau disebut orang Madura. Karena, orang Bawean tidak hanya berasal dari keturunan Madura, tapi merupakan keturunan campuran Jawa, Madura, Bugis, Mandar dan Palembang.
Berdasarkan catatan historiografi setempat, menurut Burhanuddin Asnawi, di Pulau Bawean telah berdiri kerajaan Islam di bawah penguasaan Sayyid Maulana Umar Mas’ud (1601-1630), hingga generasi ketujuh penerusnya yakni Raden Panji Prabunegoro atau Raden Tumenggung Pandji Tjokrokusumo (1747-1789).
Sampai 1743 M, pulau ini berada di bawah kekuasaan Madura. Raja Madura terakhir adalah Cakraningrat IV dari Bangkalan. Ia adalah salah satu Raja Bangkalan yang dikenal berani kepada penjajah Belanda.
Pemerintah Kolonial Belanda yang mengatasnamakan dirinya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) kemudian menduduki Pulau Bawean dan berkuasa melalui seorang prefect atau kepala departemen. Periode prefect pertama dipegang oleh Frederiks (1808-1810) terus berlangsung hingga van Schuppen (1825-1826).
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Inggris, Pulau Bawean menjadi keasistenresidenan di bawah Surabaya. Kemudian digabung dengan afdeling Gresik di bawah Seorang kontrolir. Pada 1920 sampai 1965, statusnya menjadi kawedanan. Sejak 1974, barulah Pulau Bawan dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Gresik dengan dua kecamatan, yaitu Sangkapura dan Tambak.