News

Wasiat KHR Asad Syamsul Arifin tentang Pancasila

KHR As'ad Syamsul Arifin bersama Presiden Soeharto

BOYANESIA – Salam toghellen (saudara:bahasa Bawean).....selamat memperingati Hari Lahir Pancasila 2022. Dalam momentum ini pasti teringat dengan Kiai As’ad, nama yang sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam Indonesia. Beliau dikenal sebagai “Pahlawan Pancasila”.

Julukan ini diungkapkan KH Hasyim Mudzadi di Jember pada 2016 silam. Karena, menurut Kiai Hasyim, Kiai As’ad lah yang siap menjadi palu godam perubahan ketika Nahdlatul Ulama (NU) secara resmi mengakui Pancasila sebagai azas tunggal ketika Muktamar Nahdlatul Ulama ke-27 di Situbondo.

Kiai As’ad adalah seorang ulama karismatik Jawa Timur dan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sejak 2016, beliau pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016 tanggal 3 November 2016 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Terkait dengan Pancasila, Kiai As’ad pun pernah berwasiat kepada umat Islam. Menurut Kiai As’ad, umat Islam hendaknya tetap membela dan mempertahankan kemurnian nilai-nilai luhur Pancasila.

Dalam buku “KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya” diceritakan, sebelum wafat Kiai As’ad sempat menerima kunjungan Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI R Hartono. Dalam pertemuan yang terakhir itu, Kiai As’ad pun berpesan,

“Hendaknya masyarakat muslim dapat tetap membela dan tetap mempertahankan kemurnian nilai-nilai luhur Pancasila,” pesan Kiai As’ad yang dikutip oleh Mayjen TNI R Hartono saat menghadiri peringatan ke-40 hari wafatnya Kiai As’ad.

Dalam sambutannya di buku biografi KHR As’ad Syamsul Arifin, Menteri Agama RI, Tarmizi Taher juga mengatakan, dalam memperjuangkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, Kiai As’ad mempunyai andil yang besar.

Kiai As’ad lah yang pertama kali mengemukakan bahwa sila pertama Pancasila adalah cerminan dari ajaran Tauhid dalam Islam. Bahkan, pemikiran Kiai As’ad itu dikemukakan langsung kepada Presiden Soeharto saat beliau menghadap dalam keperluan perubahan buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) Ulama NU yang digelar di pesantren Kiai As’ad pada 18-21 Desember 1983, akhirnya NU menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Langkah NU ini pun kemudian diikuti oleh ormas-ormas Islam lainnya di Indonesia.

Munas NU itu mendeklarasikan hasil Munas terkait Pancasila. Pertama, Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia adalah prinsip fundamental, namun bukan agama dan tidak dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.

Kedua, sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai dasar negara menurut pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menjiwai sila-sila yang lain mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam. Ketiga, bagi NU Islam adalah aqidah dan syariah meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama.

Keempat, penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dan upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan kewajiban agamanya. Kelima, sebagai konsekuensi dari sikap tersebut di atas, NU berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.

Satu tahun setelah digelarnya Munas Ulama NU, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo kembali menjadi tuan rumah digelarnya Muktamar NU ke-27, tepatnya pada Desember 1984. Acara pembukaan forum tertinggi NU tersebut dihadiri Presiden Soeharto dan sejumlah menteri.

Dalam pidatonya, Presiden Soeharto pun mengemukakan bahwa dalam negara Pancasila setiap warga negara memperoleh motivasi dan inspirasi dari agama dan kepercayaan yang dianut masing-masing dalam memikul tanggungjawab bersama membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

Berita Terkait

Image

Hari Lahir Pancasila, Sebuah Refeksi dari Tokoh Bawean

Image

Hari Lahir Pancasila, Sebuah Refeksi dari Tokoh Bawean

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita