Dua Kalimat Ini Jadi Sumber Kemerosotan Akhlak
BOYANESIA.REPUBLIKA.CO.ID – Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan dua kalimat yang menjadi sumber kemerosotan akhlak dan kekacauan dalam kehidupan sosial umat manusia.
Keduanya telah Nursi jelaskan dalam “Kalimat Kedua Puluh Lima” saat membandingkan antara peradaban modern dan ketetapan Alquran.
Kedua kalimat tersebut adalah:
- “Yang penting aku kenyang, tidak peduli yang lain mati kelaparan.”
- “Anda bekerja, saya makan.”
Baca Juga: Saat Pertama Kali Bertemu Ronaldo, Pemain MU: Orang ini adalah Fenomena
“Yang membuat kedua kalimat tersebut tetap eksis dan tumbuh subur adalah tersebarnya riba dan tidak ditunaikannya zakat,” jelas Nursi di dalam Al-Maktubat, halaman 461.
Nursi melanjutkan, adapun solusi satu-satunya dan obat yang ampuh untuk kedua penyakit sosial tersebut adalah penerapan kewajiban membayar zakat kepada masyarakat secara umum dan pengharaman riba.
Sebab, menurut Nursi, urgensi zakat tidak terbatas hanya pada individu atau sejumlah kelompok. Ia adalah pilar penting dalam membangun kehidupan yang bahagia dan sejahtera bagi umat manusia.
Baca Juga: Manga One Piece Kemungkinan akan Rehat Sejenak Setelah Chapter 1101
Bahkan, kata dia, zakat merupakan landasan utama bagi langgengnya kehidupan hakiki manusia. Hal itu dikarenakan di dalam masyarakat terdapat dua tingkatan, yaitu kaya dan miskin.
Nursi menjelaskan, zakat adalah bentuk kasih sayang dan kebaikan kalangan kaya kepada kalangan miskin.
Sebaliknya, zakat menjamin sikap hormat dan taat kalangan miskin kepada kalangan kaya.
“Jika zakat tidak ditunaikan, akan terjadi kezaliman dari kalangan kaya kepada kalangan miskin,” kata Nursi.
Baca Juga: Ayat Pertama yang Perintahkan Rasulullah Sholat Malam
Sebagai akibatnya, tambah dia, akan timbul kedengkian dan pembangkangan dari kalangan miskin terhadap kalangan kaya.
“Akhirnya, kedua kalangan tersebut senantiasa berada dalam konflik permanen. Keduanya terus berada dalam perselisihan yang sengit sehingga secara bertahap mengarah pada benturan nyata dan konfrontasi di seputar pekerjaan dan kapital, seperti yang terjadi di Rusia,” jelas Nursi.