Upaya Mendorong Transformasi Digital dan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Oleh: Anandita Nabilah Wahyuningtiyas, Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia
Dalam rangka penyusunan Visi Indonesia Emas 2025-2045 yang merupakan target pencapaian 100 tahun Indonesia Merdeka, Presiden Joko Widodo mengemukakan, ada dua hal yang menjadi fokus pembangunan Indonesia ke depan yakni pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Saat ini Indonesia berada pada era revolusi industri 4.0, di mana dibutuhkan sumber daya yang memiliki keterampilan dan penguasaan dalam bidang teknologi informasi. Sementara kita dihadapkan pada kondisi masih rendahnya digital skill yang dimiliki pegawai sebagai tantangan dalam memenuhi kebutuhan industri di masa mendatang.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas pelatihan dan pengembangan (training and development) di bidang teknologi informasi merupakan hal yang penting dan perlu untuk dilakukan. Training and development menurut clark 2013 merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, skill, dan kemampuan atau knowledge skill and abilities (KSAs) dari pegawai dan manajer sehingga kualitas dan performa mereka dalam bekerja dapat lebih baik.
Pelatihan dan pengembangan sejatinya merupakan dua upaya untuk meningkatkan kinerja, namun pelatihan lebih berfokus kepada masa kini atau jangka pendek sementara Pengembangan lebih berfokus ke jangka panjang atau masa depan. Pengembangan juga diharapkan dapat meningkatkan potensi dan kemampuan staf, sehingga target atau pencapaian yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan dapat tercapai dengan baik. Selain itu pengembangan juga dapat membentuk organisasi strategis dengan memastikan bahwa setiap unit atau lembaga memiliki karyawan dengan keterampilan yang relevan dengan unit kerja nya (Clark, 2013).
Dalam meningkatkan kualitas pelatihan dan pengembangan, organisasi harus melakukan learning organization. Learning organization itu sendiri merupakan kesadaran organisasi untuk melakukan pelatihan dan pengembangan berdasarkan penilaian sebelumnya dan melakukan serangkaian proses mulai dari apa yang harus mereka lakukan, dan membandingkan proses atau cara yang telah dilakukan dengan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Adapun proses Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan untuk menunjang terselenggaranya proses pengembangan dengan menerapkan proses penerapan dan penguatan yang efektif pada proses pembelajaran di antara berbagai unit individu dan organisasi, seperti melalui proses pelatihan dan pengembangan yang dilakukan pada karyawan dan manajer (Peter Senge, 1990).
Adanya learning organization atau pembelajaran yang dilakukan oleh organisasi diharapkan dapat menjadi fondasi atau langkah awal bagi organisasi untuk mencapai kesuksesan dengan tercapainya tujuan dan target dari organisasi tersebut. Hal ini mengacu pada teori pembelajaran dewasa (Adult Learning Theory), di mana learning organization sendiri memiliki beberapa prinsip seperti adanya pengaruh dari motivasi, relevansi dan transfer, pengulangan dan partisipasi aktif, prinsip dan nilai yang melatar belakangi jalannya suatu organisasi tersebut, serta diberlakukanya sistem umpan balik (feedback) dan penguatan secara positif yang dapat dilakukan oleh organisasi dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan (Noe, 2012).
Indonesia saat ini tengah memasuki era digitalisasi, namun nyatanya para digital skill masih sulit untuk ditemukan atau jumlahnya masih terbatas. Talenta digital sendiri merupakan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan penguasaan dibidang teknologi digital.
Berdasarkan data yang diunggah oleh Kemenaker mengenai buku Indeks Masyarakat Digital Indonesia pada tahun 2020, rendahnya digital skill menjadi tantangan untuk memenuhi kebutuhan industri di masa mendatang, secara umum kelemahan calon pegawai di Indonesia terkait kemampuan digital, diantaranya 56,3 persen kemampuan implementasinya belum memadai, masih bersifat teoritis; 50,7 persen kemampuan yang dimiliki terlalu umum; dan 49,3 persen pengalaman yang belum memadai.
Disisi lain, tingkat kesulitan untuk mencari karyawan dengan kemampuan digital 52,1 persen (sulit), dan 36,6 persen (cukup mudah). Sedangkan tingkat pentingnya kemampuan digital calon pegawai dalam proses seleksi menunjukan 63,4 persen sangat penting, dan 32,4 persen penting.
Dalam buku tersebut, juga disebutkan perihal pelatihan digital yang paling banyak diikuti masih merupakan pelatihan dengan level keterampilan dasar/basic, yaitu pelatihan office suite dan sistem operasi (20,2 persen), serta pencarian internet, surat elektronik dan kalender (15,4 persen).
Sementara itu berkembangnya transformasi digital juga memberikan dampak bagi indonesia khususnya dalam bidang ketenagakerjaan. Pasalnya perkembangan dunia digital ini menuntut adanya perubahan dalam permintaan pasar tenaga kerja. Berbagai skill, kemampuan, dan keahlian pun terpaksa harus dialihkan dan disesuaikan demi menunjang kebutuhan akan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan perangkat teknologi masa kini.
Dilansir melalui world forum economy pada tahun 2020 , ada perubahan skill yang dibutuhkan di pasar kerja akibat digitalisasi, yaitu peningkatan permintaan diantaranya : analis data dan ilmuwan, ahli kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin, ahli big data, ahli pemasaran dan strategi digital, ahli otomasi proses, pengembang perangkat lunak dan aplikasi, serta ahli internet. Sementara itu yang penurunan permintaan diantaranya adalah petugas entri data, sekretaris administrasi dan eksekutif, petugas akunting, pembukuan, akuntan dan auditor, dan petugas pencatatan.
Untuk menjadi seorang talenta digital, setidaknya harus dibekali berbagai skill yang dapat menunjang kebutuhan dimasa mendatang, diantaranya pemikiran analitis dan inovatif, pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran, penalaran, pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kreativitas dan pengalaman pengguna, kepemimpinan dan pemberi pengaruh sosial, penguasaan teknologi dalam upaya pemantauan dan pengendalian, desain teknologi dan pemrograman, ketahanan dan toleransi terhadap stress dan fleksibilitas, kecerdasan emosional, penyelesaian masalah, berorientasi layanan, analisis sistem dan evaluasi, kemampuan negosiasi dan persuasif, merupakan beberapa keahlian yang dibutuhkan pegawai di masa mendatang.
Dalam hal meningkatkan kualitas talenta digital, Jepang menjadi salah satu negara yang dijadikan contoh bagi indonesia kedepannya. Sebagaimana diketahui Jepang merupakan negara yang sering dijadikan kiblat teknologi informasi oleh sebagian negara maju maupun berkembang. Meskipun mengalami perubahan besar pada demografi dan penyusutan dari populasi, namun Jepang memiliki salah satu strategi untuk bisa bertahan ditengah kondisi keterpurukan yang dialaminya yakni dengan mengupayakan transformasi digital secara domestik.
Pemerintah Jepang berhasil melakukan transformasi digital, dengan mengembangkan struktur organisasi yang efektif, memaksimalkan peran para aktor didalamnya dan bekerja sama dengan agensi digital dan sektor privat. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh Jepang, seperti bekerja sama dengan agensi digital untuk merekrut 200 talenta berbakat swasta dibidang teknologi setiap 35 tahunnya, sebagai upaya regenerasi struktur dan memperbaiki kualitas di tubuh ASN.
Selain itu Jepang juga melakukan pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui OJT (on-job training) yang telah disesuaikan dengan tempat kerja dan posisi pegawai demi meningkatkan kemampuan mereka. Seperti yang dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang dalam mengelola "Sekolah Tinggi Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata" sebagai upaya meningkatkan keterampilan administratif, dan merespons isu-isu administratif yang baru muncul (misalnya pada bidang bisnis infrastruktur di luar negeri dan transformasi digital).
Dari negara Jepang kita dapat belajar bahwa mereka memanfaatkan dan memaksimalkan para agensi digital dan sektor swasta dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya komite evaluasi yang terdiri dari para ahli memeriksa dan menyarankan untuk mempercayakan pelatihan dan pengembangan kepada organisasi tertentu, upaya transfer knowledge (berbagi pengetahuan), beasiswa, maupun pelatihan secara praktik yang diselenggarakan bekerjasama dengan swasta dan agensi digital lainnya.
Sementara itu, Indonesia sejauh ini telah menerapkan pelatihan dan pengembangan (training and development) di bidang IT lewat berbagai program yang dicanangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi seperti digital talent scholarship dimana program ini merupakan program yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, produktivitas, profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi bagi angkatan kerja muda Indonesia, masyarakat umum, dan aparatur sipil negara di bidang Komunikasi dan Informatika sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa di era Industri 4.0, serta mampu memenuhi kebutuhan tenaga terampil di bidang teknologi informasi.
Adapun Berbagai program pelatihan di bidang teknologi informasi yang dikembangkan melalui program digital talent scholarship (DTS), mulai dari Fresh Graduate Academy (FGA) bagi lulusan sarjana, Vocational School Graduate Academy (VSGA) bagi lulusan vokasi, Digital Entrepreneurship Academy (DEA) pelatihan bagi para pengusaha, Digital Leadership Academy (DLA) bagi pegawai yang tertarik dalam bidang kepemimpinan melalui digital, dan Talent Scouting Academy (TSA) bagi yang ditujukan untuk menyaring para talenta digital terbaik melalui mahasiswa.
Berbagai program diatas ini merupakan hal yang penting, sebagaimana disampaikan Staf Ahli Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya R. Wijaya setidaknya kita membutuhkan 9 juta talenta digital pada tahun 2015 hingga 2030, namun hingga saat ini baru ada 532.950, diantaranya telah melalui pelatihan Digital Talent Scholarship di level intermediate dan 1.131 lainnya telah dilatih level advance pada DSL pada tahun 2019-2023.
Hal di atas menunjukan bahwa masih rendahnya implementasi pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Walaupun Indonesia telah melakukan upaya transformasi digital dengan mencanangkan serangkaian program pelatihan dan pengembangan yang diharapkan dapat memaksimalkan peran pentahelix tersebut, namun sayangnya dalam praktik implementasi masih kurang. Di mana peran pentahelix sendiri merupakan kerjasama antara pemerintah masyarakat institusi perguruan tinggi dunia usaha dan media dalam / upaya transformasi digital. Di sisi lain adanya praktik implementasi dalam pelatihan dan pembangunan di Jepang diatas diharapkan dapat dijadikan pelajaran bagi indonesia bagi peningkatan efektivitas pelatihan dan pengembangan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapasitas pegawai yang diharapkan.
Setidaknya ada beberapa point yang dapat dicermati oleh organisasi, baik sektor publik maupun privat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kapasitas pegawai, yakni Para pegawai harus memandang bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan sebuah penghargaan atau reward atas hasil kinerja mereka bukan sebagai hukuman atas kualitas kinerja yang dihasilkan.
Selain itu, adanya pelatihan dan pengembangan juga seharusnya diperuntukkan bagi para pegawai yang bersifat high perform dan memiliki kualitas dalam kapasitas dan kapabilitas yang baik, bukan menyasar pada pegawai yang under perform dan memiliki kapasitas yang kurang. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya ditemui penugasan yang dilakukan level pimpinan pada umumnya tidak dilakukan secara menyeluruh, hanya menyasar pada pegawai yang dirasa memiliki kapasitas yang kurang memadai, sehingga pegawai berkapasitas baik yang seharusnya mendapatkan pelatihan dan pengembangan, harus tergantikan dengan pegawai yang bersifat underperform dan memiliki kapasitas dibawah rata rata.
Hal itu mengakibatkan inefektivitas struktur dan fungsi organisasi dimana banyaknya pegawai namun tidak diikuti kualitas kinerja yang dihasilkan. Disamping itu, perlu diciptakan sistem pelatihan dan pengembangan yang terintegrasi dengan siklus manajemen lainnya seperti mulai dari, rekrutmen dan perencanaan, hingga manajemen karir dan manajemen talenta, supaya meningkatkan produktivitas pegawai. Adanya ketiga solusi tersebut diharapkan dapat mendukung berjalannya transformasi digital di indonesia sehingga melahirkan talenta digital yang dapat menunjang ketercapaian visi dan target Indonesia selanjutnya.