News

Mantan Napiter Akui Aksi Teror Berbasis Agama Masih Jadi Ancaman

Mantan narapidana terorisme (Napiter), Ali Fauzi Manzi

BOYANESIA.REPUBLIKA.CO.ID -- Mantan narapidana terorisme (Napiter), Ali Fauzi Manzi mengakui aksi teror dan kekerasan berbasis agama masih menjadi ancaman serius pada Pemilu 2024 mendatang. Menurut dia, penangkapan terhadap 59 terduga teroris di Jakarta, Bekasi, dan Poso oleh Densus 88 selama bulan Oktober 2023 lalu adalah bukti yang sangat nyata ancaman tersebut.

Karena itu, menurut dia, pemerintah, aparat keamanan dan penyelenggara Pemilu perlu merancang mekanisme pencegahan untuk meminimalisir ancaman terorisme. Aspek pencegahan, menurut Ali Fauzi, harus menekankan pada pendekatan yang seimbang antara soft power dan hard power.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Nah, sekarang ada program moderasi beragama. Itu ya lebih menitikberatkan pada soft approach. Perekrutan berbasis rekrutmen, berbasis lembut lah, bukan mengandalkan hard power, tapi soft power gitu," ujar Ali Fauzi dalam keterangan tertulsi yang diterima //Republika.co.id//, Sabtu (25/11/2025).

Baca Juga: GFI Kirim Bantuan 14.000 Paket Musim Dingin ke Palestina Lewat Kapal TNI

Dia menjelaskan, memberantas terorisme tak harus selalu dilakukan melalui pendekatan senjata dan kekuatan militer. Sebab terorisme berakar dari pemahaman dan tafsir keagamaan yang salah, maka penguatan aspek gagasan tentang moderasi beragama, deradikalisasi, dan sosialisasi pemahaman keagamaan yang benar, mutlak diperlukan.

"Grup ini tentu yang diusung adalah berbasis ideologi, ideologi yang mereka pahami. Paham yang salah itu yang sebetulnya harus kita bantu, harus kita rangkul, bukan dipukul. Kan gitu," ucap dia.

Oleh sebab itu, kata Ali Fauzi, pemerintah dan aparat perlu melibatkan masyarakat sipil, tokoh agama dan organisasi-organisasi masyarakat untuk memperkuat program deradikalisasi dan moderasi beragama.

Baca Juga: Manga One Piece Chapter 1100, Kapan Rilis?

"Ya tentu ini berkaitan dengan paham beragama kelompok ini dan ini sudah bertahun-tahun menurut saya bukan hanya polisi, BNPT, Densus 88, tetapi para alim ulama, NU, Muhammadiyah juga perlu dilibatkan dalam program moderasi beragama," kata dia.

Mantan kombatan itu juga berharap Pemilu 2024 dapat berjalan secara aman dan damai sehingga masyarakat dapat menyalurkan hak politiknya sesuai dengan hati nuraninya.

“Yang pro dengan Ganjar-Pak Mahfud monggo, yang pro dengan Prabowo-Gibran monggo, yang pro dengan AMIN (Anies-Cak Imin) monggo. Terpenting semuanya harus legowo karena tidak mungkin semuanya menang. Tentu ada yang kalah, ada yang menang,” jelas dia.

Baca Juga: Ronaldo Cetak Gol Memakau, Tendangan Elang Ala Kapten Tsubasa

Lebih lanjut dia, Ali Fauzi menjelaskan bahwa Indonesia lahir, tumbuh, dan berkembang hasil dari olah fisik, olah akal, dan olah ijtihad dari para alim ulama baik dari Muhammadiyah maupun NU. Ulama, jelasnya, berperan cukup besar dalam melahirkan Pancasila. Sebab, Pancasila itu diambil dari nilai-nilai Islam.

Hal itu tentu berbeda dengan pandangan kelompok radikal yang menganggap seolah-olah Islam dan Pancasila itu berlawanan.

“Nah, itu sebetulnya tantangan bagi kita masyarakat itu untuk memahamkan pada group-group (radikal) ini. Group ini tentu yang diusung adalah berbasis ideologi, ideologi yang mereka pahami. Paham yang salah itu yang sebetulnya harus kita bantu, harus kita rangkul, bukan dipukul,” ujar dia.

Baca Juga: Lirik Sholawat Nasabe Kanjeng Nabi Versi Cak Fandy feat Gus Azmi

Karena itu, lanjut dia, penting untuk memaksimalkan program moderasi beragama untuk meminimalisir berkembangnya ideologi radikal yang menganggap Islam dan Pancasila bertentangan.

“Sekarang ada program moderasi beragama. Itu lebih menitikberatkan pada soft approach. Perekrutan berbasis rekrutmen, berbasis lembut lah, bukan mengandalkan hard power, tapi soft power gitu,” kata Ali Fauzi.

 

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Scribo Ergo Sum - Sampaikanlah walau satu berita